Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Ayo Giat Berolahraga Agar Tubuh Sehat dan bugar.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Tingkatkan Literasi Digital.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Gapai Impian dan Cita-Cita dengan Tubuh yang Bugar.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Rajin Olahraga bisa meningkatkan kualitas hidup.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Budayakan Olahraga di sekitar anda.

Jaga kesehatanmu, karena ia yang akan mewadahi umur panjangmu." - Ali bin Abi Talibt

Perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Olahraga




Setidaknya ada sepuluh perbedaan antara pendidikan jasmani dengan olahraga kompetitif (sports), yaitu ditinjau dari tujuan pengembangan, sifat pengembangan, pusat orientasi, jenis aktivitas, perlakuan, penerapan aturan permainan, pertandingan, penilaian, partisipasi, dan pemanduan bakat.


Tujuan pendidikan jasmani diarahkan untuk pengembangan individu anak secara menyeluruh, artinya meliputi aspek organik, motorik, emosional, dan intelektual sedangkan pada olahraga kompetitif terbatas pada pengembangan aspek kinerja motorik yang dikhususkan pada cabang olahraga tertentu saja


Aktivitas yang dilakukan pada pendidikan jasmani bersifat multilateral, artinya seluruh bagian dari tubuh peserta didik dikembangkan secara proporsional mulai dari tubuh bagian atas (upper body), bagian tubuh tengah (torso), maupun bagian bawah (lower body). 

Pendidikan jasmani berupaya mengembangkan kinerja anggota tubuh bagian kanan maupun kiri secara seimbang dan koordinatif. Pada olahraga kompetitif hanya bagian tubuh tertentu sesuai dengan fungsi kecabangannyalah yang dikembangkan secara optimal atau secara populer disebut sebagai spesifik.


Child oriented, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti berorientasi pada anak memiliki makna bahwa penjas dengan segala aktivitasnya diberikan berdasarkan kebutuhan yang diperlukan oleh anak dengan segala perbedaan karakternya. 

Dengan pertimbangan ini maka kegiatan pendidikan jasmani dirancang sebagai proses dalam pemenuhan kebutuhan anak dalam kehidupan sehari-harinya, kebutuhan kompetitif dalam menghadapi segala tantangan, dan pengisian waktu luangnya. 

Pada cabang olahraga kompetitif hal tersebut tentu bukan merupakan pertimbangan yang utama, karena yang terpenting pada olahraga kompetitif adalah dikuasainya gerak atau teknik dasar beserta pengembangannya untuk mendukung permainan pada cabang tersebut, sehingga materi disajikan sebagai pemenuhan atas kepentingan itu (materi) atau disebut sebagai subject/material oriented.



Baca juga

Manfaat kesehatan jasmani di sekolah


Tujuan pendidikan jasmani


Passing bola voli


Pergaulan sehat untuk remaja



Pada pendidikan jasmani seluruh kegiatan yang ada di alam semesta yang berupa kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang dilakukan oleh manusia, binatang, tumbuhan, atau bahkan mesin yang bergerak. 

Aktivitas yang dapat digunakan sebagai materi gerak dalam olahraga kompetitif adalah terbatas pada teknik-teknik yang ada pada olah yang bersangkutan, atau pada spesifik pada spesialis kecabangannya.


Seluruh anak memiliki tingkat kecepatan yang bervariasi dalam pembelajaran, termasuk di dalamnya pembelajaran penjas. Anak dengan kecepatan pembelajaran yang kurang baik (lamban) harus diperhatikah secara lebih khusus sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan dan pada akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. 

Pada olahraga kompetitif, anak yang memiliki kelambanan ini akan ditinggalkan karena hanya menghambat proses pembelajaran, dan mengganggu pencapaian prestasi tinggi yang diinginkan.


Aturan yang baku diterapkan pada olahraga kompetitif agar terdapat keadilan bagi tim yang melakukan pertandingan dalam situasi yang sama. 

Pendidikan jasmani tidak harus dilakukan dengan menggunakan pertandingan, melainkan dengan bermain, dengan pembelajaran berkelompok, demonstrasi, dan lain-lain sehingga tidak diperlukan peraturan yang baku sebgaimana olahraga kompetitif.


Dikenal penilaian dengan sistem gain score dan final score pada suatu proses pembelajaran maupun pelatihan. Gain score berarti penilaian yang didasarkan pada pertambahan nilai, yaitu selisih antara hasil panilaian awal dan hasil penilaian akhir yang didapat oleh peserta didik, dan ini yang ditekankan dalam menilai hasil belajar anak. 

Sedangkan nilai akhir (gain score) menjadi penekanan dalam penilaian yang dilakukan pada olahraga kompetitif.


Seluruh peserta didik dalam suatu sekolah wajib mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani, sehingga partisipasi dalam penjas disebut sebagai partisipasi wajib. Keikutsertaan anak pada suatu kelompok berlatih cabang olahraga tertentu bersifat volenteur atau sukarela.


Perbedaan lain antara penjas dan olahraga kompetitif adalah pada aspek talent scouting, di mana dalam penjas hanya dijadikan sebagai dasar dalam masukan awal (entry behaviour) sedangkan pada olahraga kompetitif dijadikan rekomendasi dalam menentukan cabang olahraga spesialis yang akan diikuti oleh anak.






Landasan Ilmiah Pelaksanaan Pendidikan Jasmani


Secara ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani mendapat dukungan dari berbagai disiplin ilmu, di mana pandangan-pandangan dari setiap disiplin tersebut dapat dijadikan sebagai landasan bagi berlangsungnya program penjas di sekolah-sekolah. 


Landasan ilmiah dari minimal tiga disiplin ilmu, yaitu dari sudut pandang biologis, sudut pandang psikologis, dan yang terakhir sudut pandang sosiologis.




a. Landasan Biologis bagi Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah disiplin yang berorientasi tubuh, di samping berorientasi pada disiplin mental dan sosial. Guru pendidikan jasmani karenanya harus memiliki penguasaan yang kokoh terhadap fungsi fisikal dari tubuh untuk memahami secara lebih baik pemanfaatannya dalam kegiatan pendidikan jasmani. 


Khususnya dalam masa modern dewasa ini, ketika pendidikan gerak dipandang teramat penting, pengetahuan tentang bagaimana tubuh manusia berfungsi dipandang amat krusial agar bisa melaksanakan tugas pengajaran dengan baik.


Joseph W. Still telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti perilaku fisikal dan intelektual manusia. Meskipun penelitiannya sudah berlangsung di masa lalu, namun masih menemukan faktanya di masa kini, bahkan maknanya seolah mendapatkan angin baru dalam era teknologi dewasa ini. 


Dalam penelitiannya, Still menemukan bahwa keberhasilan manusia dalam pencapaian prestasi, baik dalam hal prestasi fisikal maupun dalam prestasi intelektual, berhubungan dengan usia serta dapat digambarkan dalam bentuk sebuah kurva, di mana kurva itu bisa menaik dan bisa menurun, sesuai dengan perjalanan usia manusia.


Dalam kurva hasil penelitian Still ditunjukkan bahwa tidak lebih dari 5% populasi manusia berhasil mendaki kurva keberhasilan, sedang selebihnya lebih banyak mengikuti kurva kegagalan, terutama setelah melewati usia antara 25 hingga 35 tahun. 


Yang menarik, menurut dugaan Still, kurva kegagalan dalam pertumbuhan fisik menunjukkan bahwa perkembangan fisik manusia dewasa ini semakin berkurang. 


Sebabnya, manusia modern sekarang dihadapkan pada rendahnya melakukan latihan fisik, di samping karena terlalu banyak makan, minum, dan merokok; sehingga mereka merosot kondisinya setelah usia 30 tahunan. 


Demikian juga dalam hal pertumbuhan dan perkembangan psikologis, yang menunjukkan kurva kegagalan dalam hal prestasinya. Ciri-ciri perkembangan mental menunjukkan puncak prestasi pada tahap perkembangan yang berbeda.


Kemampuan mengingat dicapai pada usia muda, imajinasi kreatif mencapai puncaknya pada usia dua puluhan hingga tiga puluhan, keterampilan menganalisis dan sintesis suatu persoalan berakhir di usia pertengahan, sedangkan pada usia-usia berikutnya berkembang kemampuan berfilsafat.


Secara biologis, manusia dirancang untuk menjadi mahluk yang aktif. Meskipun perubahan dalam jaman dan peradaban telah menyebabkan penurunan dalam jumlah aktivitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dasar yang berkaitan dengan kehidupan, sebenarnya tubuh manusia tidaklah berubah. 


Karenanya, manusia harus tetap menyadari bahwa dalam hal kesehatan tubuhnya, dasar biologisnya menuntut dan mengakui pentingnya aktivitas fisik yang keras dalam hidupnya. Jika tidak, kesehatan, produktivitas, serta efektivitas hidupnya akan menurun drastis. 


Dalam hal itulah pendidikan jasmani yang baik di sekolah dan di masa-masa berikut dalam hidupnya dipandang amat penting dalam menjaga kemampuan bilogis manusia. Dipandang dari sudut ini, pendidikan jasmani terikat dekat pada kekuatan mental, emosional, sosial, dan spiritual manusia.



Baca juga:





b.  Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani melibatkan interaksi antara guru dengan anak serta anak dengan anak. Di dalam adegan pembelajaran yang melibatkan interaksi tersebut, terletak suatu keharusan untuk saling mengakui dan menghargai keunikan masing-masing, termasuk kelebihan dan kelemahannya. 


Dan ini bukan hanya berkaitan dengan kelainan fisik semata-mata, tetapi juga dalam kaitannya dengan perbedaan psikologis seperti kepribadian, karakter, pola pikir, serta tak kalah pentingnya dalam hal pengetahuan dan kepercayaan.


Program pendidikan jasmani yang baik tentu harus dilandasi oleh pemahaman guru terhadap karakteristik psikologis anak, dan yang paling penting dalam hal sumbangan apa yang dapat diberikan oleh program pendidikan jasmani terhadap perkembangan mental dan psikologis anak.


Studi dalam ilmu-ilmu psikologi mempunyai implikasi untuk para guru pendidikan jasmani, terutama dalam wilayah atau sub-disiplin ilmu teori belajar, teori pembelajaran gerak, perkembangan kepribadian, serta sikap. 


Kesemua sub-disiplin itu, memberikan pemahaman yang lebih luas dalam hal bagaimana anak belajar, dan yang terpenting upaya apa yang harus dipertimbangkan guru dikaitkan dengan menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan anak belajar.


Kata psikologi berasal dari kata-kata Yunani psyche, yang berarti jiwa atau roh, dan logos, yang berarti ilmu. Diartikan secara populer, psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu pikiran. 


Para ahli psikologi mempelajari hakikat manusia secara ilmiah, dan untuk memahami alam pikiran manusia, termasuk anak, termasuk ciri-ciri manusia ketika belajar. Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak manusia. 


Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalanya melalui teori gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru lebih memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak belajar secara efektif.


Jika dahulu para guru penjas lebih bersandar pada teori belajar behaviorisme, yang lebih melihat proses pembelajaran dari perubahan perilaku anak, maka dewasa ini sudah diakui adanya keharusan untuk memahami tentang apa yang terjadi di dalam diri anak ketika mempelajari keterampilan gerak, yang ditunjang oleh berkembangan teori belajar kognitivisme.


Bersandar secara berlebihan pada teori belajar behaviorisme tentu mengandung kelemahan tertentu, karena mendorong dan membenarkan guru dengan proses pembelajaran yang sangat mekanistis; sekedar terjadi persambungan antara stimulus (aba-aba guru) dengan respons siswa (gerakan siswa), yang diperkuat oleh adanya reinforcement (ucapan pujian dari guru). 


Akibatnya, guru pun umumnya abai dengan bagaimana sebenarnya proses yang terjadi di dalam otak dan perangkat gerak anak, sehingga guru tidak pernah terlalu mempertimbangkan kualitas dari proses pembelajaran, termasuk keharusan untuk melibatkan proses berpikir dari anak. 


Akhirnya, anak relatif tidak pernah punya gagasan apapun dalam pelajaran, dan klaim bahwa penjas memiliki peranan dalam pengembangan kemampuan intelektual anak tidak terbuktikan secara nyata.


Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kekakuan proses pembelajaran penjas tersebut. Dalam salah satu teori belajar pengolahan informasi (information processing theory) diungkap bahwa idealnya pembelajaran gerak adalah sebuah proses pengambilan keputusan, yang secara hirarkis akan selalu melalui tiga tahapan yang tetap, yaitu tahap mengidentifikasi stimulus, tahap memilih respons, dan tahap memprogram respons. 


Jika pada proses pembelajaran siswa diberi kesempatan dan didorong untuk terus-menerus meningkatkan kemampuan pengambilan keputusannya, maka secara pasti kemampuannya tersebut terlatih, karena masing-masing perangkat yang berhubungan dengan ketiga tahapan pengambilan keputusan itupun kemampuannya semakin meningkat pula.


Dari pemahaman terhadap landasan psikologis itulah, maka pembelajaran penjas yang baik tidak cukup hanya dengan memberikan perintah dan tugas-tugas gerak semata (misalnya dengan instruksi yang klasik seperti, “... ketika kamu menerima bola, kamu lari ke arah sana, lalu kamu lempar bola itu ke si A, dan kamu kembali ke sini”), 


Melainkan harus pula dibarengi dengan upaya memberikan kesempatan pada mereka untuk menganalisis situasi dan berikan kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri (misalnya: “... baik, ketika posisi lapangan ketat dan kamu dijaga terus oleh lawan, kira-kira kemanakah kamu harus melempar bola? Coba kita praktekkan, apakah keputusanmu sudah tepat atau tidak?”).



c.   Landasan Sosiologis dalam Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi. Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani mempunyai potensi untuk menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. 


Seperangkat kualitas dari perkembangan sosial yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas di antaranya adalah kepemimpinan, karakter moral, dan daya juang.


Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya dalam kaitannya dengan hubungan atau interaksi antar satu manusia dengan manusia lainnya, termasuk sekelompok orang dengan kelompok lainnya. 


Di sisi lain, sosiologi berhubungan juga dengan ilmu yang menaruh perhatian pada lembaga-lembaga sosial seperti agama, keluarga, pemerintah, pendidikan, dan rekreasi. 

Singkatnya, sosiologi adalah ilmu yang berkepentingan dalam mengembangkan struktur dan aturan sosial yang lebih baik yang dicirikan oleh adanya kebahagiaan, kebaikan, toleransi, dan kesejajaran sosial.



Dikaitkan dengan landasan tersebut, seorang guru penjas sesungguhnya adalah seorang sosiologis yang perlu mengetahui prinsip-prinsip umum sosiologi, agar mampu memanfaatkan proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui penjas. 


Sebagaimana dikemukakan Bucher, guru yang mengerti sosiologi dalam konteks kependidikan akan mampu mengembangkan minimal tiga fungsi: 

(1) pengaruh pendidikan pada institusi sosial dan pengaruh kehidupan kelompok pada individu, seperti bagaimana sekolah berpengaruh kepribadian atau perilaku individu; 


(2) hubungan manusia yang beroperasi di sekolah yang melibatkan siswa,orang tua, dan guru dan bagaimana mereka mempengaruhi kepribadian  dan perilaku individu; dan 


   (3) hubungan sekolah kepada institusi lain dan elemen lain masyarakat,misalnya pengaruh dari pendidikan pada kehidupan masyarakat kota.





Manfaat pendidikan jasmani di sekolah


Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut:


1. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak

Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. 

Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak.

 Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian besar kemaslahatannya bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri.



2. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya


Pendidikan jasmani adalah waktu untuk ‘berbuat’. Anak-anak akan lebih memilih untuk ‘berbuat’ sesuatu dari pada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar. 


Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.


Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. 


Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadiannya kelak.



3. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna


Peranan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar cukup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. 


Menurut para ahli, pola pertumbuhan anak usia sekolah hingga menjelang akil balig atau remaja disebut pola pertumbuhan lambat. 


Pola ini merupakan kebalikan dari pola pertumbuhan cepat yang dialami anak ketika mereka baru lahir hingga usia 5 tahunan. 


Dalam hal ini berlaku dalil: “... ketika memasuki masa pertumbuhan cepat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan baru berjalan lambat. 


Sebaliknya, dalam masa pertumbuhan yang lambat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan meningkat.”


Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedang tiba pada masa kritisnya. 


Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya.



4. Menyalurkan energi yang berlebihan


Anak adalah mahluk yang sedang berada dalam masa kelebihan energi. Kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menganggu keseimbangan perilaku dan mental anak. 


Segera setelah kelebihan energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energinya secara optimum.



5. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional


Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. 


Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. 


Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.


Baca juga :


Makna pergaulan sehat

Lempar lembing

Servis bola voli

Pergaulan sehat untuk remaja

Tujuan dan Pentingnya Pendidikan Jasmani


Apakah sebenarnya tujuan pendidikan jasmani? Menjawab pertanyaan demikian, banyak guru yang masih berbeda pendapat. Ada yang menjawab bahwa tujuannya adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga. 

Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf kesehatan anak yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. 

Kesemua jawaban di atas benar belaka. Hanya saja barangkali bisa dikatakan kurang lengkap, sebab yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh

Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

a.Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
   b.Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

c. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

d.Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

e.Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

f.Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.


Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. 

Pengembangan domain psikomotorik secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama, pertama mencapai perkembangan aspek kebugaran jasmani, dan kedua, mencapai perkembangan aspek perseptual motorik. 

Ini menegaskan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan gerak keterampilan itu sendiri.


Baca juga

Gerak ritmik kelas 10
        Jenis narkotika dan psikotropika
        Makna pergaulan sehat
        Gaya lempar lembing


Pengertian Pendidikan Jasmani



Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. 


Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.


Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. 

Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. 


Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. 

Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.


Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia.

 Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. 


Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.


Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. 


Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.



Baca juga :

Memahami bahaya HIV AIDS

Kumpulan soal PJOK kelas 12




SOAL LATIHAN PARADIGMA BARU PJOK




Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D yang merupakan jawaban paling benar!



1.Pendidikan jasmani memiliki berbagai pengertian 

menurut pandangan berbagai ahli maupun organisasi.Pengertian

pendidikan jasmani pada prinsipnya berupa….


a. pendidikan olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan

kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai 

dengan kondisi dan nilai budaya


b. pendidikan olahraga yang membina dan mengembangkan

olahragawan secara terencana benjenjang dan berkelanjutan


c.  pendidikan olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau

kegemaran berolahraga


d. bagian intergral dari pendidikan secara umum, yang direncanakan

secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan danmeningkatkan

individu secara organic, neuromuskuler, persepsual, kognitif, dan

emosional, dalam kerangka sisitem pendidikan nasional




2. Pengertian olahraga pendidikan menurut UU No. 3 tahun 2005

tentang Sistem Keolahragaan Nasional, adalah….


a. pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk

mengembangkan individu secara organis, neuromuskuler, intelektual

dan emosional melalui aktivitas jasmani


b. pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai

bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk

memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan dan

kebugaran jasmani


c. olahraga yang membina dan mengembangkan olahraga secara

terencana, berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk

mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi

keolahragaan


d. pendidikan jasmani dan olahraga kompetitif yang dilaksanakan

sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan

untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan,

kesehatan dan kebugaran jasmani




3. Tujuan pendidikan jasmani yang salah di bawah ini adalah...

a. mencapai prestasi olahraga yang inggi di event resmi seperti PON


b. meletakan landasan yang kuat melalui internalisasi nilai dalam

penjas


c. mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang

bersifat rekreatif


d. menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas

pembelajaran pendidikan jasmani




4.  Pernyataan mengenai pendidikan jasmani yang sesuai dengan

yang dikembangkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

adalah….


a.   bagian integral dari pendidikan secara umum, berupa aktivitas

jasmani, yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, dan

neuromuskular


b.   bagian parsial dari pendidikan secara umum, berupa aktivitas

jasmani, yang bertujuan meningkatkan individu secara intelektual,

dan sosial


c.   bagian parsial dari pendidikan secara umum, berupa aktivitas

jasmani, yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, dan

neuromuskular, intelektual, dan sosial


d.   bagian integral dari pendidikan secara umum, berupa aktivitas

jasmani, yang bertujuan meningkatkan individu secara organik,

neuromuskular, intelektual, dan sosial




5. Dibawah ini aspek/ranah yang tidak  termasuk dalam penyampaian

materi pendidikan jasmni adalah . . . .


a.    kognitif (pengetahuan/pemahaman)


b.    afektif (sikap)


c.    lokomotor (gerak dasar)


d.    psikomotor (keterampilan gerak)




6.  Ciri pembeda antara pendidikan jasmani, dan olahraga kompetitif

antara lain….


a.  pendidikan jasmani menitikberatkan pada sistem penilaian final

score, sedangkan olahraga kompetitif gain score


b.   pendidikan jasmani memiliki fokus orientasi pada anak (child

oriented), sedangkan olahraga kompetitif pada materi latihan (subject

oriented)


c. pendidikan jasmani membentuk individu sesuai dengan kebutuhan

fungsional cabang olahraga, sedangkan olahraga kompetitif tidak


d. olahraga kompetitif selalu dipertandingkan, sedangkan pendidikan

jasmani tidak boleh sama sekali ada pertandingan




7.  Pengertian pendidikan kesehatan dibawah ini yang benar adalah:


a.   suatu upaya pendidikan untuk mencapai kesehatan lingkungan


b.   pendidikan yang mengutamakan kesehatan


c.   upaya mempelajari bagaimana menciptakan kesehatan diri


d.suatu upaya atau kegiatan untuk mencipkatan perilaku masyarakat

(di sekolah, anak didik) yang kondusif untuk kesehatan




8.  Dalam kenyataannya pendidikan kesehatan disekolah bertujuan

untuk membangun karakter anak didik supaya...


a.   menambah atau memperkaya pengetahuan kesehatan


b.   memiliki dan menerapkan budaya hidup sehat


c.   mendapatkan pelayanan kesehatan


d.   menambah sikap hidup yang kreatif dan sosial




9.  Kegiatan jasmani  dilakukan mengandung   unsur permainan

perjuangan atau kompetisi baik dengan diri sendiri, orang lain

maupun alam dan dilakukan secara sportif dan fair, merupakan ciri

umum dari….


a.  pendidikan olahraga


b.    pendidikan jasmani


c.    penjasorkes


d.    olahraga kompetitif




10. Perbedaan yang nyata antara pendidikan jasmani, dan pendidikan

kesehatan adalah….


a. pendidikan jasmani menitikberatkan pada sistem penilaian final

score, sedangkan pendidikan kesehatan tidak


b. pendidikan jasmani memiliki fokus pada materi kebugaran jasmani

terkait dengan kesehatan dan keterampilan, sedangkan pendidikan

kesehatan pada materi kebugaran jasmani terkait dengan kesehatan

saja


c. pendidikan jasmani membentuk individu sesuai dengan kebutuhan

aktivitas pengisian waktu luang saja dan keterampilan psikomotorik,

sedangkan pendidikan kesehatan tidak


d. pendidikan jasmani tidak dapat mengembangkan kesehatan,

sedangkan pendidikan kesehatan sebaliknya





Baca juga :


Bentuk prinsip funsi dan faktor kebugaran jasmani


Peningkatan dan pemeliharaan kebugaran


Bab- Kebugaran jasmani kelas x semester


Passing bola voli



"Waktu dan kesehatan adalah dua aset berharga yang tidak dikenali dan dihargai sampai keduanya hilang." - Denis Waitley

Buku PJOK Kurikulum Merdeka

Referensi Bulanan

Trending Post