Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Ayo Giat Berolahraga Agar Tubuh Sehat dan bugar.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Tingkatkan Literasi Digital.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Gapai Impian dan Cita-Cita dengan Tubuh yang Bugar.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Rajin Olahraga bisa meningkatkan kualitas hidup.

KOMPONEN DAN FAKTOR KESEHATAN KEBUGARAN FISIK



Komponen-komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu: 


1. Daya tahan jantung paru: merupakan kesanggupan dari sistem jantung, paruparu, dan pembuluh darah untuk bekerja secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan berarti.

2. Kekuatan otot dapat diartikan kemampuan otot atau sekelompok otot dalam melakukan kerja seperti menggerakan anggota tubuh saat berlari, berjalan, dan mengangkat. Kekuatan otot ini dipengaruhi oleh faktor latihan yang teratur dan terencana secara sistematis.

3. Fleksibilitas atau kelenturan ialah luas bidang gerak yang maksimal pada persendian, tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan.

4. Komposisi tubuh ialah perbandingan jumlah lemak yang terkandung didalam tubuh dengan berat badan seseorang


Komponen kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan, yaitu: 


1. Kecekatan ialah kemampuan untuk mengubah arah gerak tubuh secara cepat dan tepat. 

2. Kelincahan ialah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu, dari depan ke belakang, dari kiri ke kanan, atau dari samping ke depan.

3. Keseimbangan ialah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ saraf otot.

4. Koordinasi ialah hubungan harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan. 

5. Daya ledak otot ialah kemampuan maksimal otot yang dapat dihasilkan dalam waktu singkat. 

6. Reaksi ialah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya.

7. Kecepatan ialah kapasitas gerak dari anggota tubuh untuk menempuh jarak tertentu dalam waktu sesingkat singkatnya.


Faktor-faktor yang memengaruhi kebugaran fisik, antara lain:


1. Usia: 
Pada usia pertumbuhan seseorang akan lebih baik, dikarenakan fungsi organ tubuh akan tumbuh dengan optimal. Sedangkan pada usia dewasa akan terjadi penurunan kebugaran fisik dikarenakan banyak jaringan-jaringan didalam tubuh yang mengalami kerusakan. 

2. Jenis kelamin: 
Sampai pubertas biasanya kebugaran fisik anak laki-laki hamper sama dengan anak perempuan, tetapi setelah pubertas anak laki-laki mempunyai nilai yang lebih besar. 

3. Genetik: 
Kapasitas aerobik maksimal seseorang (VO2max) ditentukan oleh faktor genetik yang berperan pada kapasitas jantung paru, hemoglobin, dan eritrosit. 

4. Makanan: 
Daya tahan tubuh akan berada dalam keadaan optimal bila mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat. 

5. Rokok: 
Kadar karbon yang terhisap akan mengurangi kadar volume oksigen maksimal, yang berpengaruh terhadap daya tahan.


Baca juga :





Kriteria yang berkaitan dengan pemberian dosis latihan Aerobic




Kriteria-kriteria yang berkaitan dengan dosis latihan, sebagai berikut:


1. Frekuensi ialah jumlah ulangan latihan yang dilakukan selama satu  minggu. Frekuensi latihan olahraga aerobic adalah dua kali, tiga  kali, atau enam kali.


2. Intensitas latihan olahraga aerobik diukur dengan cara  mengukur denyut jantung maksimal. Intensitas latihan olahraga aerobik adalah enam puluh sampai delapan puluh persen berat ringannya suatu beban latihan.


3. Durasi ialah jangka waktu atau lamanya latihan yang diberikan 
    agar memberikan manfaat. Durasi latihan olahraga aerobik 
    adalah dua puluh sampai enam puluh menit.


4. Jenis latihan: Macam aktivitas fisik dipilih disesuaikan dengan 
    tujuan latihan.

Misalnya, bentuk latihan untuk mengembangkan kardiorespirasi     ada bermacam-macam seperti: lari, sepeda, jogging, berenang, dan jalan kaki.Pemberian beban latihan ditanggapi oleh tubuh  dalam bentuk respon. 


Dosis latihan yang tepat harus memperhatikan frekuensi, intensitas, dan durasi, namun dosis latihan yang tidak tepat dan dilakukan secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek. 


Efek-efek dari dosis yang tidak tepat dan latihan olahraga aerobik dilakukan secara berlebihan, antara lain:

penurunan berat badan yang berlebihan, kehilangan kelebihan lemak tubuh, peningkatan denyut jantung istirahat, penurunan kekuatan otot, peningkatan denyut jantung submaksimal, nyeri otot kronis, kelelahan, rentan terkena infeksi, insomnia.



Baca juga :

Pola gerak dasar

Landasan ilmiah pelaksanaan PJOK

Manfaat Penjas di sekolah

Tujuan pendidikan jasmani


Tokoh yang perkenalkan Karate aliran Shoto-kan di indonesia



Di Indonesia, karate masuk bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan dibawa oleh mahasiswa-mahasiswa 


Indonesia yang kembali ke tanah air setelah menyelesaikan studinya di Jepang. 


Tahun 1963 beberapa mahasiswa Indonesia antara lain ; Baud AD Adikusumo, Muchtar dan Karyanto mendirikan Dojo di Jakarta. 


Merekalah yang pertama memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia. 


Selanjutnya mereka membentuk wadah yang diberi nama PORKI. Beberapa tahun kemudian berdatangan alumni Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti : Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi (salah satu pendiri Lemkari), Sabeth Muchsin (salah satu pendiri Inkai) dan Choirul Taman turut mengembangkan karate di tanah air. 


Di samping alumni Mahasiswa, orangorang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka bisnis ikut pula memberi warna bagi perkembangan karate di Indonesia. 


Mereka antara lain : Matsusaki (Kushinryu-1966), Oyama (Kyokushinkai-1967), Ishi (Gojuryu-1969) dan Hayashi (Shitoryu-1971). 


Di Indonesia, karate ternyata memperoleh banyak penggemar. Ini terlihat dari munculnya berbagai macam organisasi karate dengan berbagai macam aliran yang dianut oleh pendirinya masing-masing. 


Banyaknya perguruan karate dengan berbagai macam aliran menyebabkan terjadi ketidakcocokan di antara 8 para tokoh tersebut dan menimbulkan perpecahan di tubuh PORKI. 


Akhirnya setelah adanya kesepakatan, para tokoh tersebut akhirnya bersatu kembali dalam upaya mengembangkan karate di tanah air, dan pada tahun 1972 terbentuklah satu wadah organisasi karate baru yang bernama FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). 


Sampai saat ini FORKI merupakan satusatunya wadah olahraga karate yang menjadi anggota KONI. FORKI terhimpun dari 25 perguruan dengan 8 aliran yang berwenang dan berkewajiban untuk mengelola serta meningkatkan prestasi karate di Indonesia. 


Baca juga :




Sejarah perkembangan karate dunia



   Ilmu beladiri sebenarnya sudah dikenal sejak manusia ada, hal itu dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan purbakala, diantaranya : senjata-senjata dari batu, lukisan-lukisan pada dinding goa yang menggambarkan pertempuran atau perkelahian dengan binatang buas menggunakan senjata seperti tombak, kapak batu, dan panah. 


Pada saat itu, beladiri bersifat untuk mempertahankan diri dari gangguan binatang buas atau alam sekitarnya. 


Setelah manusia berkembang, gangguanpun timbul tidak hanya dari binatang buas dan alam sekitarnya tapi juga dari manusia itu sendiri.
 

Setelah Sidartha Gautama, pendiri Budha wafat, para pengikutnya mendapat amanat untuk mengembangkan ajaran Budha ke seluruh dunia. Karena sulitnya medan yang dilalui, para pendeta dibekali ilmu beladiri. 


Sekitar abad ke-5, seorang pendeta Budha dari India yang bernama Bodhidharma (Daruma Daishi), mengembara ke China untuk menyebarkan dan membetulkan ajaran Budha yang sudah menyimpang saat itu. 


Setelah ada selisih paham atau perbedaan pandangan dalam ajaran Budha dengan Kaisar Wu, Kaisar Kerajaan Liang waktu itu, Daruma Daishi kemudian mengasingkan diri di Biara Shaolin Tsu, di Pegunungan Sung, bagian selatan Loyang, Ibukota Kerajaan Wei. Daruma Daishi melanjutkan pengajaran Agama Budhanya di biara itu, yang kemudian merupakan cikal bakal ajaran Zen. 


Di samping mengajarkan agama, beliau juga memberikan Buku Petunju perkembangan beladiri di China, tersebar merata di seluruh China bagian utara, kemudian berkembang menjadi Taichi-Chuan, Hsingi-Chuan, dan Pakua-Chuan. 


Banyak tokoh seni beladiri muncul di seluruh wilayah China dan menciptakan gaya serta alirannya masing-masing, gaya dan aliran tersebut dikembangkan menurut sifat dan kondisi lingkungan masing-masing. 


Bermacam gaya dan aliran yang ada pada umumnya dapat dibagi menjadi dua aliran pada umumnya, yaitu Aliran Utara dan Selatan. Aliran Utara berkembang di wilayah China Utara bagian hulu Sungai Yang Tse, dengan sifat dan kondisi daerah pegunungan. 


Wilayah ini banyak orang yang terlibat perburuan binatang dan penebangan kayu sebagai sumber nafkah, oleh karena itu aliran ini lebih menekankan pada gerakan yang lincah dan penggunaan teknik tendangan. 


Aliran Selatan berasal dari daerah China Selatan bagian hilir Sungai Yang Tse, beriklim sedang, banyak aliran sungai, dan masyarakat banyak yang mempunyai kegiatan perekonomian bercocok tanam, atau sebagai petani. 


Rakyat setempat cenderung bertubuh gempal, kuat dan lebih berkembang pada badan bagian atas karena bekerja di sawah dan mendayung perahu, hal ini dikarenakan banyaknya aliran sungai sebagai jalur transportasi utama. 


Aliran ini lebih menekankan pada gaya melentur dan penggunaan teknik tangan serta kepala. Selama peralihan dari Dinasti Ming ke Dinasti Ching, sejumlah ahli beladiri China melarikan diri ke negara lain agar terbebas dari penindasan dan pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh orang-orang Manchu sebagai penguasa China saat itu. Akibatnya.

Ilmu beladiri tersebar ke berbagai negara lain seperti Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan juga Kepulauan Okinawa. 


Sampai abad ke-15 Kepulauan Okinawa masih terbagi menjadi 3 kerajaan dan 4 pada tahun 1470 Youshi Sho dari golongan Sashikianji berhasil mempersatukan semua pulau di Kepulauan Okinawa dibawah kekuasaannya. 


Shin Sho sebagai penguasa ke-2 dari golongan Sho, menyita dan melarang penggunaan senjata tajam. 


Kemudian Keluarga Shimazu dari Pulau Kyushu berhasil menguasai Kepulauan Okinawa, tetapi larangan terhadap kepemilikan senjata tajam masih diberlakukan. Akibatnya, rakyat hanya dapat mengandalkan pada kekuatan dan keterampilan fisik mereka untuk membela diri. 


Pada saat yang sama, ilmu beladiri China mulai diperkenalkan di Kepulauan Okinawa melalui para pengungsi China yang berdatangan. Pengaruh ilmu beladiri China sangat cepat berkembang di seluruh Kepulauan Okinawa. 


Melalui ketekunan dan kekerasan dalam berlatih, rakyat Okinawa berhasil mengembangkan sejenis gaya dan teknik perkelahian baru, yang akhirnya dapat melampaui sumber asli dari teknik-teknik setempat atau aliran yang berasal dari Okinawa itu sendiri, yaitu seni beladiri Okinawa-te (Tode atau Tote). 


Tode/Tote atau te yang artinya tangan, merupakan suatu seni beladiri tangan kosong atau tanpa menggunakan senjata yang telah mengalami perkembangan selama berabad-abad di Okinawa. 


Peraturan pelarangan penggunaan senjata tajam masih tetap diberlakukan oleh Keluarga Satsuma dari Kagoshima setelah mereka memegang kendali pemerintahan atas Okinawa pada tahun 1609, bahkan keluarga itu juga melarang keras latihan-latihan Tote, sehingga menyebabkan latihan-latihan Tote, yang menjadi alat terakhir untuk membela diri, dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan penuh rahasia. 


Orang Okinawa kemudian mengembangkan seni perkasa ini menjadi beladiri yang betul-betul mematikan dan dapat digunakan untuk membebaskan mereka dari penindasan 5 saat itu. 


Karena dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan penuh rahasia hingga ada keluarga yang tidak tahu jika di antara anggota keluarganya melakukan latihan beladiri ini. 


Keadaan seperti itu berlangsung hingga tahun 1905 ketika Sekolah biasa di Shuri dan Sekolah Menengah Pertama dari Propinsi, menetapkan Karate sebagai mata pelajaran resmi untuk Pendidikan Jasmani. 


Kekuatan yang membinasakan dari karate mulai dikenal di kalangan tertentu dengan istilah Reimyo Tote (Karate Ajaib) dan Shimpi Tote (Karate penuh rahasia). Karena sifatnya yang penuh rahasia sehingga upaya untuk mempopulerkan pada masyarakat umum mengalami kesusahan. 


Tahun 1921, Gichin Funakoshi (1886-1957), orang dari Suri, berhasil memperkenalkan beladiri Tote di Jepang. Peristiwa itu menandai dimulainya pengalaman baru beladiri Tote secara benar dan sistematis. 


Tahun 1929, Gichin Funakoshi mengambil langkah-langkah revolusioner dalam perjuangannya yang ulet dan pantang menyerah untuk mengubah Tote menjadi Karate-do, sesuai karakter dan aksen masyarakat Jepang. 


Dengan demikian Tote atau Karate telah mengalami perubahan dari segi penampilan maupun isinya. Teknik asli Okinawa menjadi suatu seni perkasa Jepang baru. 


Dari situ kemudian timbul istilah baru, yaitu “Kime” sebagai pengganti “Ikken Hisatsu” atau Kill with One Blow (sekali pukul roboh). 


Pada era 1920-an dan permulaan tahun 1930-an, seni beladiri ini tambah disenangi oleh semua lapisan masyarakat di Jepang, antara lain ; pakar hukum, seniman, pengusaha dan tak terkecuali para pelajar atau mahasiswa. Mereka sangat tertarik dan bersemangat dalam mempelajari seni perkasa ini. 


Populernya karate di kalangan pelajar/mahasiswa sangat menguntungkan bagi perkembangan karate dan membantu merubah pandangan masyarakat dari karate ajaib dan penuh rahasia menjadi karate modern. 


Atas usahanya itu, Gichin Funakoshi kemudian diberi gelar “Bapak Karate Modern”. Masatoshi Nakayama, salah seorang murid Gichin Funakoshi, turut mempopulerkan beladiri ini. 


Dalam mengajarkan karate, beliau menggunakan metode yang sistematis sehingga dapat lebih diterima oleh nalar. 


Karate juga dapat dipertandingkan seperti olahraga lain dengan tetap tidak mengabaikan unsur beladirinya, asal dilakukan dengan benar. Dalam bukunya “The Best Karate”, beliau berpesan : 

“Bila suatu pertandingan karate diselenggarakan, hendaknya dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan semangat yang benar, nafsu untuk memenangkan pertandingan semata-mata hanya akan menghasilkan ketidaksungguhan dalam mempelajari karate, sehingga menjadi buas dan lupa sikap hormat pada lawan”. 


Padahal sikap hormat itulah yang merupakan hal terpenting dalam setiap pertandingan karate-do. 


Menentukan siapa yang menang/kalah bukan merupakan tujuan akhir karate-do melainkan pembinaan mental melalui latihan-latihan tertentu sehingga seorang karate-ka mampu mengatasi segala rintangan hidup. 


Secara harfiah Karate-do dapat diartikan sebagai berikut ; Kara = kosong, cakrawala, Te = tangan atau seluruh bagian tubuh yang mempunyai kemampuan, Do = jalan. 


Dengan demikian Karate-do dapat diartikan sebagai suatu taktik yang memungkinkan seseorang membela diri dengan tangan kosong tanpa senjata. 


Setiap anggota badan dilatih secara sistematis sehingga suatu saat dapat menjadi senjata yang ampuh dan sanggup menaklukan lawan dengan satu gerakan yang menentukan. 


Beladiri karate merupakan keturunan 7 dari ajaran yang bersumber agama Budha yang luhur. Oleh karena itu, orang yang belajar karate seharusnya rendah hati dan bersikap lembut, punya keyakinan, kekuatan dan percaya diri. 


Sekarang ini karate hampir mencapai titik puncak penyempurnaan dan penyebaran di seluruh belahan dunia. 


Bahkan di luar Jepang, di negara Eropa, Amerika dan Asia sudah menyamai Jepang dalam tingkat kemampuan bertandingnya, tak terkecuali Indonesia. 


Baca Juga :





TKJI (Tes Kebugaran Jasmani Indonesia)

 


   

Tes Kebugaran jasmani (TKJI ) adalah suatu tolak ukur untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani yang berbentuk rangkaian butir - butir tes yang menjadi satu tolak ukur dalam mengetahui  tingkat kesegaran jasmani anak  yang digolongkan sesuai dengan umur anak tersebut .


Tes Kebugaran jasmani  terbagi 4 golongan instrumen tes yang di bedakan berdasarkan kelompok umur :
 1. TKJI Usia  6 s/d 9
 2. TKJI Usia  10 s/d 12
 3. TKJI Usia  13 s/d 15
 4. TKJI Usia  16 s/d 19


A. Rangkaian Tes 


Tes kesegaran jasmani Indonesia terdiri dari 

 1. Untuk putra terdiri dari : 

  •  Lari 60 meter (16-19 tahun) 
  •  Gantung angkat tubuh (pull up) selama 60 detik 
  •  Baring duduk (sit up) selama 60 detik 
  •  Loncat tegak (vertical jump) 
  •  Lari 1200 (usia 16-19 tahun) 


B. Kegunaan Tes 


Tes kesegaran jasmani Indonesia digunakan untuk  mengukur dan menentukan tingkat kesegaran jasmani remaja (sesuai kelompok usia masing-masing).


C. Alat dan Fasilitas 

  1. Lintasan lari / lapangan yang datar dan tidak licin 
  2. Stopwatch 
  3. Bendera start 
  4. Tiang pancang 
  5. Nomor dada 
  6. Palang tunggal untuk gantung siku 
  7. Papan berskala untuk papan loncat 
  8. Serbuk kapur 
  9. Penghapus 
  10. Formulir tes 
  11. Peluit 
  12. Alat tulis dll


D. Ketentuan Tes 

TKJI merupakan satu rangkaian tes, oleh karena itu semua butir tes harus dilaksanakan secara berurutan, terus- menerus dan tidak terputus dengan memperhatikan kecepatan perpindahan butir tes ke butir tes berikutnya dalam 3 menit. 

Perlu dipahami bahwa butir tes dalam TKJI bersifat baku dan tidak boleh dibolak-balik , dengan urutan pelaksanaan tes sebagai berikut : 

  1. Lari 60 meter (usia 16-19 tahun) 
  2. Gantung angkat tubuh untuk putra (pull up)
  3. Baring duduk (sit up) 
  4. Loncat tegak (vertical jump) 
  5. 1200 meter (usia 16-19 tahun)


E. Petunjuk Umum 

    1. Peserta 

a. Dalam kondisi sehat dan siap untuk melaksanakan tes 
b. Diharapkan sudah makan maksimal 2 jam sebelum tes 
c. Memakai sepatu dan pakaian olahraga 
d. Melakukan pemanasan (warming up)
e. Memahami tata cara pelaksanaan tes 
f. Jika tidak dapat melaksanakan salah satu / lebih dari tes maka tidak mendapatkan nilai / gagal.


    2. Petugas 

a.Mengarahkan peserta untuk melakukan pemanasan (warming up)
 
b.Memberikan nomor dada yang jelas dan mudah dilihat  
        
c.Memberikan pengarahan kepada peserta tentang petunjuk  pelaksanaaan tes dan mengijinkan mereka untuk mencoba    gerakan-gerakan tersebut. 
        
d.Memperhatikan kecepatan perpindahan pelaksanaan butir tes ke butir tes berikutnya dengan tempo sesingkat mungkin dan tidak menunda waktu 
        
e.Tidak memberikan nilai pada peserta yang tidak dapat   melakukan satu butir tes atau lebih 
         
f. Mencatat hasil tes dapat menggunakan formulir tes perorangan atau per butir tes 



Baca Juga

Faktor kebugaran jasmani

Peningkatan dan pemeliharan kebugaran jasmani

Passing bola voli

Servis bola voli



Cedera dalam olahraga ada 2 faktor (Internal dan Eksternal)




Faktor cedera dalam olahraga ada dua yaitu :


A. Faktor Individu

1. Kurang pemanasan atau Perenggangan salah satu cara menghindari cedera yaitu  Pemanasan.

Pemanasan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan suhu tubuh agar tubuh siap untuk setiap beban dalam berolahraga ,sedangkan perenggangan bertujuan untuk melemaskan anggota  tubuh,sehingga otot/persendian luntur.



2. Faktor motorik individu
Hubungan kemampuan motorik seseorang sangat berpengaruh pada munculnya cedera pada seseorang


3. Faktor Usia
Rentang nya usia dapat mempengaruhi volume cedera saat berolahraga


4. Faktor tehnik latihan 
Dalam setiap kegiatan olahraga ada beberapa yang gerak dasarnya beda di setiap cabang olahraga


5. Pengalaman 
Gerakan tubuh yang benar saat berolahraga sangat membatu untuk menghindari cedera dalam olahraga.


6. Jadwal latihan (intensitas)
Jadwal latihan yang tidak cocok (padat berpotensi menyebabkan cedera


7. Stres otot
Tingkat stres otot yang tinggi sangat rentan terhadapan cedera


8. Keseimbangan Nutrisi
Asupan nutrisi juga berperan besar terjadi nya cedera




B. Faktor Eksternal

1. Fasilitas,alat (Sarana)
salah satu contoh lapangan yang tidak rata

2. Kondisi lingkungan

3. Penonton yang anarkis

4. Wasit



Baca juga :

Pengertian Pendidikan jasmani

Tujuan pendidikan jasmani

Manfaat pendidikan jasmani




Prinsip-prinsip Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah



Menurut Beers (2009), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang bisa diprediksi.


2) Program literasi yang baik bersifat berimbang Sekolah  yang menerapkan  program literasi berimbang menyadari  bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian, diperlukan berbagai strategi membaca dan jenis teks yang bervariasi pula.


3) Program literasi berlangsung di semua area kurikulum Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua mata pelajaran.


Pembelajaran di mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran.


4) Tidak ada istilah terlalu banyak untuk membaca dan menulis yang bermakna Kegiatan membaca dan menulis di kelas perlu dilakukan kapan pun kondisi di kelas memungkinkan.


Untuk itu, perlu ditekankan bentuk kegiatan yang bermakna dan  kontekstual. Misalnya, ‘menulis surat untuk wali kota’ atau ‘membaca untuk ibu’ adalah contoh-contoh kegiatan yang bermakna dan memberikan kesan kuat kepada  peserta didik.


5) Diskusi dan strategi bahasa lisan sangat penting Kelas berbasis literasi yang kuat akan melakukan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama  pembelajaran di kelas.


Kegiatan diskusi ini juga harus membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis dapat diasah. 


Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan satu sama lain.


6) Keberagaman perlu dirayakan di kelas dan sekolah Penting bagi pendidik untuk tidak hanya menerima perbedaan, namun juga merayakannya melalui agenda  literasi  di sekolah. 


Buku-buku yang disediakan untuk bahan bacaan peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar peserta didik dapat terpajan pada pengalaman multikultural sebanyak mungkin.




Baca Juga :

Peran Psikologi Olahraga




Ada beberapa peran-peran psikologi olahraga, diantaranya:

A. Peran Psikologi Olahraga terhadap Prestasi Olahraga
Peran psikologi olahraga yaitu berkontribusi untuk mengingkatkan prestasi. Terdapat tiga peranan utama psikologi olahraga dalam meningkatakan prestasi olahraga :


Penjelasan Karakteristik dan Tingkah Laku
Menjelaskan karakteristik dan tingkah laku para atlet kaitannya dengan gejala psikologis. Karakter ini yang membedakan daya tangkap dan respon masing masing individu.


Bentuk perilaku manusia juga bisa dinilai. Berdasarkan perilaku tertentu, seorang individu sedang mengalami situasi tertentu. Sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pikiran, perasaan, pengalaman, pengetahuan, pengaruh internal dan eksternal, dan lain sebagainya.


Penajaman Prediksi Terhadap Situasi Tertentu


Kemungkinan atau prediksi akan suatu situasi bisa dibuat dengan memperhatikan permasalahan psikologis. 


Prediksi yang tepat ini biasa digunakan untuk menentukan bahwa atlet tersebut lebih cocok di bidang olahraga apa sesuai dengan karakter dan kemampuannya.


Kontrol Tingkah Laku yang Efektif

Mengontrol tingkah laku dalam olahraga, perilaku negatif yang berdampak buruk, hal yang kurang menguntungkan, sehingga perkembangan positif sajalah yang didapat. 


Contohnya yaitu apabila seorang atlet merasa lelah maka harus diberi dukungan lebih besar, jika tlet memiliki bakat lebih maka harus diberikan kesempatan untuk lebih mengembangkan
nya lagi.


Hal hal tersebut diatas tidak lepas dari peranan pelatih yang merupakan mentor yang melihat perkembangan atlet setiap harinya. 


Pelatih harus memperhatikan unsur psikis, sosial, dan emosi setiap atletnya agar perkembangan yang terjadi sesuai yang diharapkan.


B. Peran Psikologi Olahraga terhadap Kesehatan

Sehat merupakan kondisi baik secara rohaniah maupun jasmaniah. Kondisi mental erat kaitannya dengan respon fisiologis. 


Bahkan melalui beberapa penelitian stres juga mampu  mempengaruhi kesehatan seseorang dari mulai mampu meningkatkan nadi, pernafasan, tekanan darah, kadar lemak dalam darah, meningkatkan gula darah, dan lain sebagainya.



Maka dari itu manajemen stres berkaitan dengan psikologis olahraga ini pun juga memiliki peranan penting dalam hal kesehatan. 


Olahraga merupakan aktivits gerak yang sangat disarankan dilakukan semua orang minimal 30 menit per hari untuk menjaga tubuh tetap bugar. Namun nyatanya banyak yang malas untuk melakiukan kegiatan baik ini.


Psikologis olahraga merupakan perubahan pemikiran atau mental terhadap perilaku seseorang. Pengendalian mental diri bisa mempengaruhi pola tingkah laku seseorang. 


Pemikiran positif, niat, optimistik dalam melakukan kegiatan olahraga tentu akan berdamppak baik untuk kesehatan tubuh. Maka orang yang sehat merupakan orang dengan pikiran yang positif dan mampu melakukan perubahan perilaku dari negatif ke positif.


Orang dengan mental atau pemikiran positif terhadap aktivitas olahraga ini maka akan mencapai kesehatan tubuh yang diinginkan. Berbalik apabila pikiran seseorang sudah negatif dari awal maka tubuh yang sehat tidak akan bisa didapatkan.


Seseorang yang memiliki berat badan besar atau obesitas, tanpa psikologi olahraga berat badannya tidak akan pernah turun dan kesehatan tubuhnya akan memburuk. 

Namun dengan psikologi kesehatan orang tersebut akan mulai mencari cara seperti diet sehat rendah kalori dan lemak, olahraga gerak, membatasi diri dari cemilan, dan sebagainya sebagai upaya pencapaian tujuan.



Manfaat Psikologi Olahraga




Psikologi olahraga memiliki banyak manfaat. 


Berikut ini adalah manfaat psikologi olahraga bagi para atlet olahraga:


1.   Mengendalikan stres

Pertandingan olahraga seringkali memberikan stres atau tekanan pada para atlet. 


Selain keinginan mereka untuk menang tinggi, mereka tidak mau mengecewakan negara dan semua pendukungnya sehingga meningkatkan stres.


Stres ditandai dengan peningkatan denyut nadi, pernafasan, dan terlihat restless secara fisik. 


Stres pada atlet ini bisa mengganggu penampilannya saat bersaing nanti, sehingga butuh psikologi sebagai teknik penurunan tingkat stres pada para atlet saat bertanding.



2.   Meningkatkan pikiran positif

Seorang atlet harus optimis sebelum bertanding dan selalu optimis untuk pertandingan pertandingannya selanjutnya. 


Apabila atlet pesimis dari awal, sudah pasti kemenangan tidak akan pernah diraih. Optimis berarti memiliki pokiran positif atas kemungkinan kemenangan yang akan diraihnya sehingga dia bisa menampilkan pertandingan yang baik.


3.   Menentukan tujuan
Psikologis membantu para atlet untuk menemukan tujuan dari aktivitas yang mereka lakukan. Tujuan yang merupakan hasil yang ingin dicapai akan suatu aktivitas olahraga atau pertandingan. 


Misalnya tujuannya adalah untuk mendapatkan medali atau membanggakan nama negara di kancah Internasional.



4.   Mampu memprediksi kemampuan diri

Psikologi membantu para atlet untuk lebih memahami diri mereka sendiri dari intelegensi, kemampuan, batas diri, untuk mendukung latihan atau olahraga yang maksimal dan tujuan yang maksimal.

 

5.   Mental yang lebih tegar
Psikologi juga mengajarkan dan membentuk karakter yang lebiih tegar. 

Persaingan antar atlet untuk bisa berlomba di kancah yang lebih tinggi cukup berat belum lagi jika mendapat kekalahan yang membuat orang yang mendukung mereka kecewa.


Kekuatan untuk bangkit kembali dari semua hal buruk atau yang tidak diinginkan sangat diperlukan. 


Oleh karena itu, seorang atlet harus tegar. 


Psikologi mengajarkan bagaimana memberikan respon positif terhadap apapun yang terjadi dan memotovasi diri sendiri untu bangkit lebih kuat dan tangguh.



"Waktu dan kesehatan adalah dua aset berharga yang tidak dikenali dan dihargai sampai keduanya hilang." - Denis Waitley