Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Ayo Giat Berolahraga Agar Tubuh Sehat dan bugar.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Tingkatkan Literasi Digital.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Gapai Impian dan Cita-Cita dengan Tubuh yang Bugar.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Rajin Olahraga bisa meningkatkan kualitas hidup.

Kesehatan adalah mahkota yang dikenakan oleh orang sehat yang hanya terlihat oleh orang sakit

Komponen Kebugaran Jasmani



Kebugaran Jasmani tidak hanya menggambarkan kesehatan. Tetapi lebih merupakan cara mengukur individu melakukan kegiatannya sehari-hari. 


Tiga hal penting dalam kebugaran jasmani, yaitu


1) Fisik, berhubungan dengan otot, tulang, dan bagian lemak. 


2)Fungsi Organ, berhubungan dengan efisiensi sistem jantung,   pembuluh darah, dan paru-paru (pernafasan). 


3)Respon Otot, berhubungan dengan kecepatan, kelenturan,   kelemahan, dan kekuatan.


Hakikat kebugaran jasmani


Kebugaran jasmani atau dikenal dengan istilah physical fitness merupakan kemampuan kondisi fisik seseorang untuk melakukan kerja fisik secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti sehingga mendukung pelaksanaan aktivitas lanjutan. 


Giriwijoyo (2012) secara fisiologis kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya.   


Tingkat kebugaran dipengaruhi oleh kebugaran energi (energy fitness) dan kebugaran otot (muscular fitness). 

Kebugaran energy meliputi sistem energy aerobik dan anaerobik, sedangkan kebugaran otot meliputi komponen dasar biomotorik, yaitu kekuatan, kecepatan, ketahanan, kelentukan dan koordinasi (Sukadiyanto, 2011).


Tingkat kebugaran jasmani sifatnya fluktuatif tergantung pada jumlahlatihan yang dilakukan dan status kesehatan pada  diri seseorang. 


Oleh karena itu berbagai komponen yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani perlu dilatih agar selalu dalam kondisi terpelihara komponen fisik tersebut melalui suatu proses yang dinamakan latihan. 


Adapun latihan merupakan suatu proses sistematis yang dilakukan berulang-ulang dengan terdapat peningkatan jumlah beban latihan dengan pelaksanaan minimal 3 sesi per minggu. 


Jumlah pelaksanaan tersebut hanya berlaku untuk menjaga tingkat kebugaran tubuh saja, lain hal ketika latihan yang dilakukan bertujuan untuk pencapaian prestasi, tentu memerlukan jumlah sesi pertemuan yang lebih banyak. 


Di dalam pembelajaran penjas konsep latihan telah diintegrasikan kedalam materi pembelajaran praktek, artinya untuk meningkatkan kebugaran siswa bukan hanya ketika berlangsungnya materi kebugaran jasmani. 


Melainkan telah dilakukan dalam materi praktek lainnya, hanya pengetahuan bagaimana cara meningkatkan dan menjaga tingkat kebugaran tersebut secara khusus dilakukan ketika materi kebugaran jasmani berlangsung. 


Perlu diingat juga bahwa konsep dan tujuan kebugaran jasmani dalam pembelajaran penjas berbeda dengan konsep kebugaran jasmani yang dilakukan diluar pembelajaran penjas. 


Karena dari jumlah pertemuan saja telah berbeda, pembelajaran penjas disekolah diselenggarakan dalam 1-2 kali pertemuan per minggu sementara jika hal itu diterapkan guna mencapai tujuan kebugaran jasmani maka sulit tercapai sebab untuk menjaga kebugaran perlu berlatih minimal 3 kali seminggu.  


Menurut Kockey dalam Sumarjo ( 2002) kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari dengan mudah, tanpa kelelahan yang berarti dan masih dapat menikmati waktu senggangnya serta dalam keadaan darurat masih mampu melakukan pekerjaan yang tak terduga.


Kebugaran jasmani yang dipengaruhi oleh komponen biomotor guna mendukung terbentuknya kemampuan fisik (physical abilities) terwujud dalam suatu aktivitas gerak jasmani seperti berjalan, berlari, melompat, melempar yang merupakan wujud dari kemampuan fisik. 


Oleh karena itu ketika membahas kebugaran jasmani maka akan berkaitan dengan komponen biomotorik seseorang sehingga perlu untuk mengetahui kemampuan biomotorik tersebut terlebih dahulu.


Baca Juga :

Prinsip Pembelajaran

Model Pembelajaran

Metode Pembelajaran

Pendekatan Pembelajaran


Prinsip Pembelajaran

 

Kegiatan pembelajaran menggunakan prinsip sebagai berikut.

1.Siswa difasilitasi untuk mencari tahu dan belajar dari berbagai sumber belajar.


2.Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah, berbasis kompetensi, berbasis keterampilan aplikatif, dan terpadu.


3.Pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi.


4.Peningkatan  keseimbangan,  kesinambungan,  dan  keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills.


5.Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat.


6.Pembelajaran  yang  menerapkan  nilai-nilai  dengan  memberi keteladanan  (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan(ing madyo mangun karso),  dan mengembangkan  kreativitas  siswa dalam proses pembelajaran (tutwurihandayani); 


7.Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.


8.Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.


9.Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.


10.Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa. 


Baca Juga :

Model Pembelajaran

Pendekatan Pembelajaran

Metode Pembelajaran


Konsep Pembelajaran


Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengem -bangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sedangkan Pembelajaran adalah proses terjadinya interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran tersebut dirancang untuk mendukung pemerolehan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. 


Pengertian pembelajaran berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran adalah proses interaksi antarsiswa, antara siswa dengan tenaga guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 


Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap siswa sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat.

 

Proses tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam membangun bertumbuhnya sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. 


Dengan demikian sekolah bekerjasama dengan keluarga dan masyarakat dalam rangka membangun karakter bangsa.


Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan siswa yang dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. 


Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui mata pelajaran, sedangkan kokurikuler  dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya tugas  individu, tugas  kelompok,  dan  pekerjaan  rumah  berbentuk proyek atau bentuk lainnya. 


Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik diluar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum. 


Keluarga merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, peran keluarga tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh sekolah dalam membangun karakter bangsa.  


Sedangkan masyarakat  merupakan salah satu tempat berlangsungya pendidikan yang  beragam yang perlu diselaraskan antara satu dengan yang lain, misalnya media massa, bisnis industri, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga keagamaan. 


Untuk itu para tokoh masyarakat dapat saling berkoordinasi dan sinkronisasi dalam memainkan perannya guna mendukung proses pembelajaran yang tengah dijalani siswa. 


Siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan  yang  diberikan kepada  siswa untuk mengkonstruksi  pengetahuan  dalam  proses kognitifnya. 


Agar benar- benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, maka siswa perlu didorong  untuk  bekerja  memecahkan  masalah,  menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya. 


Pengalaman belajar ini nantinya akan diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat dan sebaliknya siswa dapat memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. 


Siswa membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta menerapkannya dalam  berbagai situasi kehidupan baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat. 


Oleh karena itu, pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan potensi siswa agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,produktif, kreatif, inovaif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. 


Singkatnya, keterjalinan, keterpaduan, dan konsistensi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat harus diupayakan dan diperjuangkan secara terus menerus sebagai tripusat pendidikan sekaligus menjadisumber belajar yang saling menunjang.



Baca Juga :

Metode Pembelajaran


Pendekatan Pembelajaran


Model Pembelajaran


Model-model Pembelajaran


Model pembelajaran sebagaimana dimaksud pada Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 dan Permendibud Nomor 22 Tahun 2016 adalah model pembelajaran yang menonjolkan aktivitas dan kreativitas, menginspirasi, menyenangkan dan berprakarsa, berpusat pada siswa, otentik, kontekstual, dan bermakna bagi kehidupan siswa sehari-hari, antara lain:

(1) Model Penyingkapan (Discovery learning), 

(2) Model Penemuan (Inquiry learning), 

(3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), 

(4)Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), 

dan model pembelajaran lain yang telah lama dikenal dan digunakan oleh guru seperti Jigsaw, TPS (Think Pair Share), GI (Group Investigation), NHT (Number Head Together), Picture and Pigture,  TSTS (Two Stay and Two Stray), dan lain-lain yang bukan berbasis ceramah atau hafalan. 


Berikut penjelasan beberapa model pembelajaran:


1. Model Penyingkapan (Discovery Learning)

Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyingkap atau mencari tahu tentang suatu permasalahan atau sesuatu yang sebenarnya ada namun belum mengemuka dan menemukan solusinya berdasarkan hasil pengolahan informasi yang dicari dan dikumpulkannya sendiri, sehingga siswa memiliki pengetahuan baru yang dapat digunakannya dalam memecahkan persoalan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. 


Alur kegiatan pembelajarannya sebagai berikut. 

  • Memberi stimulus (Stimulation): guru memberikan stimulus berupa masalah untuk diamati dan disimak siswa melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar, dan lain-lain. 

  • Mengidentifikasi masalah (Problem Statement): siswa menemukan permasalahan,  mencari informasi terkait permasalahan, dan merumuskan masalah. 

  • Mengumpulkan data (Data Collecting): siswa mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi (mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, terutama jika satu alternatif mengalami kegagalan). 

  • Mengolah data (Data Processing): siswa mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata (melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif). 

  • Memverifikasi (Verification): siswa mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data melalui berbagai kegiatan, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan. 

  • Menyimpulkan (Generalization): siswa digiring untuk menggeneralisasikan hasil berupa kesimpulan pada suatu kejadian atau permasalahan yang sedang dikaji.


2. Model Penemuan (Inquiry Laearing)


Model penemuan merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistemik, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Siswa dilatih dapat mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis dan mengujinya. Peran guru selain sebagai pengarah dan pembimbing, juga dapat menjadi sumber informasi data yang diperlukan. 


alur kegiatan pembelajaran dalam menggunakan model penemuan. 


  • Mengamati berbagai fenomena alam yang akan memberikan pengalaman belajar kepada siswa bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena.

  •  Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi untuk melatih siswa mengeksplorasi fenomena melalui berbagai sumber.

  • Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban dapat melatih siswa dalam mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

  • Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga siswa dapat memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan
  • Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga siswa dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya 


3. Model Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL)


Model pembelajaran ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, atau permasalahan yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya. Permasalahan yang diajukan pada model PBL, bukanlah permasalahan “biasa” atau bukan sekedar “latihan” yang diberikan setelah conoth-contoh soal disajikan oleh guru. 


Permasalahan dalam PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena. Fokusnya adalah bagaimana siswa mengidentifikasi isu pembelajaran dan selanjutnya mencarikan alternatif-alternatif penyelesaian. Pada pembelajaran ini melatih siswa terampil menyelesaikan masalah. Oleh karenanya pembelajarannya selalu dihadapkan pada permasalahan-permasalahan kontekstual. 


Alur kegiatan PBL sebagai berikut.


  • Mengorientasi peserta didik pada masalah; Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
  • Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran; Pengorganisasian pembelajaran merupakan salah satu kegiatan dimana peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya)  terhadap masalah yang dikaji.
  • Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok; Pada tahap ini peserta didik mengumpulkan informasi/melakukan percobaan untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji. 
  • Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
  • Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah; Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.


4. Model Berbasis Proyek (Project- Based Learning/PjBL)


Model pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki, melatih berbagai keterampilan berpikir, sikap, dan keterampilan konkret. 

Sedangkan pada permasalahan kompleks, diperlukan pembelajaran melalui investigasi, kolaborasi dan eksperimen dalam membuat suatu proyek, serta mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam pembelajaran. 


Alur Kegiatan pembelajaran dalam PJBL  sebagai berikut.


  • Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar siswa mengamati lebih dalam  terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada
  • Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada, disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan. 
  • Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting agar proyek  yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target. 
  • Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring  terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Siswa mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan. 
  • Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
  • Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain. 



Baca Juga :





Pendekatan Pembelajaran


1. Pendekatan Berbasis Genre (Genre Based Approach)

Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang membantu siswa lebih kompeten berbahasa, mampu berkomunikasi melalui penguasaan keterampilan berbahasa di antaranya dengan kegiatan menyimak,  berbicara, membaca, dan menulis.  


Berikut uraian kegiatan pembelajaran berbasis Genre/Teks (Roses dan Martin, 2012). 


a. Membangun Konteks.  

Tahap ini merupakan langkah-langkah awal yang dilakukan guru bersama siswa untuk mengarahkan pemikiran ke dalam pokok persoalan yang akan dibahas pada setiap pelajaran. 

Contoh pembelajaran pada tahap membangun konteks untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, yaitu guru menyiapkan contoh-contoh teks report terkait teknologi yang akan dibahas.

Misalnya Electric Torch, Fan Ceiling, USB Flash Drive atau yang lainnya. 


Contoh teks dapat berupa teks otentik, teks modifikasi, teks adaptasi, teks buatan guru sendiri, atau teks yang diberikan oleh para ahli pendekatan genre-based yang relevan. 


b. Menelaah Model/Dekonstruksi teks. 

Tahap ini berisi tentang pembahasan teks yang diberikan sebagai model pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada semua aspek kebahasaan yang membentuk teks itu secara keseluruhan. 


Pada tahap ini dikembangkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui kegiatan membahas serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak tertera dalam teks.


Seperti siapa penulisnya, kepada siapa pesan dalam teks ditujukan, di mana teks tersebut dapat ditemukan, dalam konteks apa teks itu dipakai, apakah setiap teks atau setiap pernyataan yang ada dalam teks relevan dengan kehidupan siswa.
 
Apakah setiap pernyataan yang ada dalam teks akan diterima oleh semua pembaca, apakah yang dikatakan dalam teks relevan dengan pengalaman siswa atau relevan dengan teks yang pernah dibaca sebelumnya oleh siswa terkait topik yang sama. 
 

c. Latihan Terbimbing (Joint construction)

Pada tahapan ini, siswa berlatih menggunakan semua hal yang telah dipahaminya pada tahap sebelumnya. Siswa melewati tahap brainstorming, drafting, revising, editing, proofreading, dan publishing.


d. Unjuk Kerja Mandiri (Independent construction)

Pada tahapan ini, siswa diberi kesempatan untuk menulis secara mandiri, dengan bimbingan guru yang minimal, hanya kalau diperlukan. 


Setelah menulis teks secara mandiri, siswa juga dapat melakukan refleksi terkait apa yang telah ditulis atau yang dilakukan, atau apa yang telah dipelajari selama pembelajaran, dan saat membandingkan teks yang mereka tulis dengan teks yang ditulis oleh temannya.


Siswa juga dapat menceritakan kembali apa yang telah ditulisnya di depan kelas.

  

2. Pendekatan Contekstual Teaching and Learning (CTL) 

CTL merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Johnson, 2002: 24).  

3. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematic Education/RME),

Pendekatan ini merupakan teori pembelajaran matematika yang dikembangkan di negeri Belanda oleh Freudhenthal pada tahun 1973, dengan dua pandangan pentingnya yaitu mathematics must be connected to reality and mathematics as human activity. 


Karakteristik RME adalah menggunakan konteks “dunia nyata”,model-model, produksi, dan kontruksi siswa, interaktif dan keterkaitan (Treffers,1991).


Baca Juga :

Klasifikasi Keterampilan Gerak

Metode Pembelajaran

Prinsip Perkembangan Peserta Didik




Faktor kebugaran jasmani



Kebugaran jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor makanan dan gizi, faktor tidur dan istirahat, faktor kebiasaan hidup sehat, dan faktor latihan olahraga atau latihan jasmani. 


Keempat faktor kebugaran jasmani tersebut, masing-masing dijelaskan sebagai berikut.


a. Makanan yang cukup dan bergizi

Makanan berfungsi bagi tubuh sebagai sumber tenaga, zat-zat untuk pembentukan dan pembangun sel di dalam tubuh, sebagai pertahanan tubuh, serta meningkatkan kelancaran berbagai macam proses biologi yang terjadi di dalam tubuh. 

Fungsi-fungsi tersebut dapat terpenuhi bila makanan yang kita konsumsi cukup dan bergizi. Dengan demikian, makanan yang bergizi akan sangat berpengaruh terhadap kebugaran jasmani seseorang.


b. Kebiasaan hidup sehat

Kebiasaan hidup sehat yang teratur dan dikerjakan secara kontinyu akan dapat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang. 

Kebiasaan ini meliputi makan dan mandi yang teratur, cuci makan sebelum makan, gosok gigi, dan cuci muka sebelum tidur, kebiasaan hidup bersih, tidak membuang sampah sembarangan, dan masih banyak lagi. 

Termasuk juga dalam hal ini adalah menghindari kebiasaan hidup yang dapat merusak tubuh seperti merokok, minum minuman keras, dan mengonsumsi narkoba.


c. Latihan olahraga atau latihan jasmani

Salah satu cara untuk meningkatkan kebugaran jasmani adalah melalui latihan jasmani atau olahraga secara teratur dan kontinyu. misalnya dengan melakukan lari pagi (jogging), senam kesegaran jasmani, senam aerobik, dan aktivitas olahraga lainnya.

Kegiatan melakukan latihan olahraga tersebut sangat bermanfaat bagi tubuh kita terutama untuk mengatur pernapasan, mengatur gerakan otot, mengatur berat badan, dan mengatur ketenangan berpikir.


d. Istirahat atau tidur yang cukup

Selain faktor di atas, ada satu lagi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani yaitu istirahat atau tidur yang cukup. 


Orang yang kurang tidur mudah sakit dan mendapat berbagai gangguan jasmani maupun rohani. orang yang kurang istirahat akan mudah letih, lemas bakan tidak bertenaga, tidak tenang dan cemas. 


Untuk pelajar, rata-rata memerlukan waktu tidur selama 8 jam dalam sehari.


Menurut penelitian, waktu tidur yang cukup untuk anak usia 1 – 4 tahun adalah 12 jam per hari, usia 4 – 12 tahun adalah 10 jam per hari, orang dewasa memerlukan waktu tidur 5 – 7 jam dalam sehari.



Baca Juga :

Asesmen Kebugaran Jasmani

Komponen Kebugaran Jasmani

Pendekatan Pembelajaran


Pendekatan Berbasis Keilmuan dan Bentuk Hasil Belajar

 


Mengamati (Observing)

  • Mengamati dilakukan antara lain dengan membaca,mendengar, atau mengamati fenomena (melibatkanpemanfaatan panca indera)  
  • Tumbuhnya ketelitian, kedisiplinan (berkaitan denganpemanfaatan waktu), dan kesabaran siswa dalam melihat suatu konteks.  

Menanya (Questioning) 
  • Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diskusi atau kerja kelompok untuk membangunpengetahuan faktual,konseptual, prosedural tentang suatu hukum maupun teori hingga berfikir metakognitif 
  • Berkembangnya kreatifitas, rasa ingin tahu, dan kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membangun critical minds. 

Mengumpulkan informasi/mencoba (Experimenting)
  • Mengumpulkan informasi dilakukan melalui membaca, mengamati aktivitas, kejadian atau objek tertentu, memperoleh informasi, mengolah data, dan menyajikan hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan, atau gambar.  

  • Meningkatkan keingintahuan siswa dalam mengembangkan kreativitas dan keterampilan berkomunikasi, mengembangkan sikap  jujur, teliti, toleransi, kemampuan singkat dan jelas, serta mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. 

Mengasosiasi (Associating) 

  • Mengasosiasi dilakukan melalui berbagai aktivitas, antara lain; menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi denganinformasi lainnya dan menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut, kemampuan menerapkan prosedur dan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. 
  • Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat  aturan, kerja keras.

Mengomunikasikan (Communicating)

  • Mengomunikasikan dilakukan dalam bentuk kegiatanpublikasi (menyampaikan hasil konseptualisasi) tentang pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. 

  • Tumbuhnya sikap  jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. 


Klasifikasi keterampilan gerak

Pengklasifikasian keterampilan gerak dapat dibuat berdasarkan beberapa sudut pandang, berikut ini disajikan beberapa klasifikasi keterampilan gerak:

a. Berdasarkan kecermatan gerak

b. perbedaan titik awal dan titik akhir

c. Stabilitas lingkungan


Uraian mengenai tiap klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Klasifikasi berdasarkan kecermatan gerakan

Ketererampilan gerak dapat dikaji berdasarkan kecermatan pelaksanaannya.


b. Kecermatan pelaksanaan gerakan dapat ditentukan antara lain oleh jenis  otot-otot yang terlibat. 

Ada gerakan yang melibatkan otot-otot besar dan jenis otot-otot halus.


Berdasarkan kecermatan gerakan atau jenis totot-otot yang terlibat, keterampilan gerak dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:


1) Keterampilan gerak agal (gross motor skills)


2) Keterampilan gerak halus (fine motor skills)



Keterampilan gerak agal adalah gerakan yang dalam pelaksanaannya melibatkan otot-otot besar sebagai basis utama gerakan, contohnya antara lain keterampilan gerak loncat tinggi dan lempar lembing.



Keterampilan gerak halus adalah gerakan yang dalam pelaksanaannya melibatkan otot-otot halus sebagai basis utama gerakan. 

contohnya antara lain adalah keterampilan gerak-gerakannya menarik  pelatuk senapan dan pelepasan busur dalam memanah.


Pada keterampilan gerak agal diperlukan keterlibatan bagian-bagian tubuh secara keseluruhan, sedang pada keterampilan gerak halus  hanya melibatkan sebagian  dari anggota badan yang digerakan oleh otot-otot halus.


c.Klasifikasi berdasarkan perbedaan titik awal dan titik akhir

Apabila diperlukan, gerakan keterampilan ada yang dengan mudah dapat diketahui bagian awal dan bagian akhir dari gerakannya, tetapi ada juga yang susah diketahui. 


Dengan karakteristik seperti itu, keterampilan gerak dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:

1)    Keterampilan gerak diskret (discrete motor skill)


2)    Keterampilan gerak serial (serial motor skill)


3)    Keterampilan gerak kontinyu (continuous motor skill)



Keterampilan gerak dikret adalah keterampilan gerak di mana dalam pelaksanaannya dapat dibedakan secara jelas titik awal dan titik akhir dari gerakan. 


Contohnya adalah gerakan berguling kedepan satu kali. titik awal gerakan adalah pada saat pelaku berjongkok dan meletakan kedua telapak tangan dan tengkuknya ke matras, sedangkan titik akhirnya adalah pada saat pelaku sudah dalam keadaan jongkok kembali.


Keterampilan gerak serial adalah  keterampilan gerak diskret yang dilakukan beberapa kali secara berlanjut. 

Contohnya gerakan berguling ke depan beberapa kali.


Keterampilan gerak kontinyu adalah keterampilan  gerak yang tidak dapat dengan mudah  ditandai titik awal dan akhir dari gerakannya. 


Contohnya adalah keterampilann gerak bermain tenis atau permainan olahraga lainnya. Di sini titik awal dan akhir tidak mudah untuk diketahui karena merupakan rangkaian dari bermacan-macam rangkaian gerakan.


Pada keterampilan gerak kontinyu, untuk melaksanakannya lebih dipengaruhi oleh kemamuan sipelaku  dan nstimulus eksternal. dibandingkan  dengan pengaruh bentuk gerakannya sendiri. 


Misalnya pada saat menggiring bola, yang menentukan adalah keadaan bola dan maunya si pelaku untuk menggiringnya, sedang bentuk gerakkannya sendiri dapat berubah-ubah atau tidak berpaku pada bentuk gerakan tertentu yang baku.


d.Klasifikasi  berdasarkan stabilitas lingkungan

Di dalam melakukan suatu gerakan keterampilan, ada kalanya pelaku menghadapi kondisi lingkunagn yang  tidak berubah-ubah ada kalanya berubah-ubah. 


Berdasarkan keadaan kondisi lingkungan seperti itu, gerakan keterampilan dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:

1)    Ketrampilan tertutup (clossed skill)

2)    Ketrampilan Terbuka  (open skill)


Ketrampilan tertutup adalah keterampilan gerak dimana pelaksanaannya terjadi pada kondisi lingkungan yang tidak berubah, dan stimulus gerakannya timbul dari dalam diri si pelaku sendiri.


Contohnya adalah dalam melakukan gerakan mengguling pada senam lantai, dalam gerakanj ini pelaku memulainya setelah siap untuk melakukannya, adan bergerak berdasarkan apa yang direncanakannya.


Keterampilan terbuka adalah keterampilan gerak dimana dalam pelaksanaannya terjadai pada konsisi lingkungan yang berubah- ubah, dan pelaku bergerak menyesuaikan dengan stimulus yang timbul dari lingkungannya. 

Perubahan kondisi lingkungan dapat bersifat temporal dan bisa bersifat spesial. 


Contohnya adalah dalam melakukan gerakan memukul bola yang dilambungkan. Dalam gerakan ini pelaku memukul bola dengan menyesuaikan dengan kondisi bolanya agar pukulanya mengena. 


Pelaku dipaksa untuk mengamati kecepatan, arah, dan jarak bola; kemudian menyesuaikan pukulanya.


Baca Juga :

Buku PJOK X Kurikulum Merdeka

Metode Pembelajaran

Tema-tema Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Metode Pembelajaran

 

Selain pendekatan dan model pembelajaran, dalam pembelajaran juga memerlukan metode pembelajaran. 


Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. 


Metode pembelajaran antara lain metode diskusi, metode eksperimen, metode demonstrasi, dan metode simulasi.


Masing-masing dijelaskan sebagai berikut :


a. Metode Diskusi 


Diskusi merupakan suatu kecakapan atau pembahasan terarah tentang suatu topik, masalah atau isu yang menarik perhatian semua siswa.


Pembahasan dapat diarahkan pada klarifikasi (penjelasan) suatu isu atau masalah, menghimpun ide dan pendapat, merancang kegiatan, atau memecahkan masalah. Kegiatan diskusi dapat dilaksanakan dalam kelompok atau klasikal. 


Metode ini dapat mendorong siswa lebih kreatif dalam memberi gagasan/ide, melatih membiasakan bertukar pikiran dalam mengatasi masalah, dan melatih peserta didik untuk mengemukakan pendapat secara verbal.  


b. Metode Eksperimen

Suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya. 


Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami  sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang objek yang dipelajarinya. 


c. Metode Demonstrasi 

Demonstrasi merupakan suatu presentasi yang dipersiapkan untuk memperlihatkan suatu perilaku atau prosedur. Presentasi disertai dengan penjelasan lisan, alat, ilustrasi dan pertanyaaan.


Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan demonstrasi, mendorong siswa melakukan aktivitas demonstrasi dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya.


Metode ini dapat mengurangi terjadinya verbalisme, pembelajaran lebih menarik, dan siswa memiliki kesempatan membandingkan teori dengan kenyataan. 


Tujuan demonstrasi antara lain untuk mengajarkan bagaimana cara membuat sesuatu atau menggunakan alat/prosedur tertentu dengan benar, serta membangkitkan minat siswa untuk mencoba. 


d. Metode Simulasi

Simulasi merupakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan peralatan atau suasana tiruan yang bertujuan agar siswa dapat meningkatkan penguasaannya terhadap konsep serta keterampilan dalam bidang yang dipelajarinya, serta mampu belajar melalui situasi tiruan dengan sistem umpan balik dan penyempurnaan yang berkelanjutan.


Dengan demikian, maka siswa mampu mengembangkan kreativitas, memupuk keberanian dan percaya diri, memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.


Baca Juga:

Buku PJOK Kurikulum Merdeka

Prinsip Projek Profil Pelajar Pancasila

Tema Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Teknik menendang bola dengan kaki bagian dalam, luar, dan punggung kaki.

 

Berikut ini penjelasan dan langkah-langkah dari teknik dasar menendang bola sesuai dengan kondisi yang mesti kamu kuasai untuk dapat menjadi pemain sepak bola yang handal:

Teknik menendang bola dengan kaki bagian dalam:

  1. Berdiri dengan sikap tubuh menghadap ke arah bola.
  2. Posisikan kaki kiri bertumpu di samping bola dengan lutut sedikit ditekuk.
  3. Pastikan tubuh agak sedikit condong ke belakang.
  4. Untuk keseimbangan, tekuk sedikit kedua tangan di samping badan.
  5. Fokuslah ke arah bola dan pada sasaran tembakmu.
  6. Bidiklah bola tepat di bagian tengahnya dengan bagian dalam dari kaki.
  7. Kemudian, ayunkan kaki kanan dari belakang ke depan dan tendang bolanya dengan sasaran bola berada di bagian samping.
  8. Setelah menendang, tumpu berat badan ke kaki kanan atau yang dipakai untuk menendang.
  9. Mendarat dengan baik dengan mendahulukan kaki kanan tersebut.
Teknik menendang bola dengan kaki bagian luar

Teknik ini adalah tendangan yang menggunakan sisi bagian luar dari kaki, dan digunakan untuk menendang dengan jarak tempuh tendangan yang lebih dekat.
Berikut langkah-langkah menendang bola dengan kaki bagian luar:

  1. Sikap awal tubuh adalah berdiri menghadap ke arah bola.
  2. Kaki kiri atau yang menumpu tubuh diletakkan di samping bola yang akan ditendang.
  3. Kedua tangan dirilekskan untuk menjaga keseimbangan tubuh.
  4. Kaki kanan atau yang digunakan untuk menendang bola sedikit diputar ke dalam.
  5. Pandangan mata ke arah bola.
  6. Ayunkan kaki yang digunakan untuk menendang bola ke arah depan.
  7. Kaki bagian luar disentuhkan atau dikenakan pada bola.
  8. Kemudian, geser atau condongkan berat badan ke bagian depan tubuh.
Teknik menendang bola dengan bagian punggung kaki

Menendang bola dengan kaki bagian punggung digunakan untuk jarak tempuh tendangan yang jauh.
Berikut langkah-langkah menendang bola dengan kaki bagian punggung:
  1. Sikap awal tubuh berdiri menghadap bola.
  2. Kaki kiri atau yang digunakan untuk menumpu diletakkan di samping bola dengan sedikit menekuk lutut.
  3. Kedua tangan rileks untuk menjaga keseimbangan tubuh.
  4. Pandangan mata fokus ke arah bola.
  5. Tekuk ke bawah pergelangan kaki yang akan digunakan untuk menendang bola.
  6. Ketika menendang, tekuk menghadap ke depan lutut kaki kanan atau yang digunakan untuk menendang dan ayunkan dari belakang ke arah bola, kemudian sentuhkan kaki pada bola bagian belakang.
  7. Setelah menendang, tumpukan berat badan ke bagian depan.

Baca Juga:

Memahami Projek Profil Pancasila
Contoh Tema P5

"Waktu dan kesehatan adalah dua aset berharga yang tidak dikenali dan dihargai sampai keduanya hilang." - Denis Waitley

Buku PJOK Kurikulum Merdeka

Literasi

Trending Post